setelah membaca posting terakhirnya, aku jadi kembali terpikir.
kambali soal dia. ya, dia yang sekarang sudah menerima saya.
aku senang dia mau banyak terbuka soal beberapa hal termasuk sedikit tentang kehidupan masa lalunya termasuk [lagi] bersama beberapa laki-laki yang pernah mengisi hidupnya.
aku gak pernah merasa marah atau cemburu masalah itu, itu haknya, tapi kadang aku malah merasa malu. ya, malu.
semua laki-laki yang dia ceritakan begitu spesial. kalau mungkin dicocokkan dengan keriteria yang dia punya dulu mungkin sudah sangat memenuhi. ya bisa dibilang sangat layak untuknya. atau secara berbeda subyek bisa diartikan, aku menjadi merasa sangat tidak layak untuk dia.
apa sih aku?
aku tidak seperti mereka, tidak seperti tokoh-tokoh "dia" yang dia ceritakan. aku tidak punya kelebihan-kelebihan seperti yang mereka punya. bahkan kekurangaku mungkin [dan pasti] jauh lebih banyak dari mereka.
[berkaca pada semua cerita yang pernah dia ceritakan] aku bukan seorang yang bisa memberikan kepuasan materi bahkan hanya perhatianpun aku kurang, [latar belakang pun] aku berasal dari keluarga biasa yang tidak ada pengalaman atau sesuatu pun yan bisa kubanggakan, seleraku pun selera yang sangat biasa, pengetahuanku tentang place of interest sangat minim, aku bukan seorang yang sudah mapan, fisik lebih bisa dilihat bentukku yang tidak keruan, prestasi tidak bisa dibanggakan [hanya seorang yang pernah gagal], kehidupanku biasa-biasa saja, bagi orang lain mungkin bisa disebut manusia biasa [sekali] dan masih banyak lagi jika dibuat sebuah perbandingan dengan bayak "dia" sebagai parameter. mungkin muncul pertanyaan kenapa hanya sisi negatifku, mana positifnya? sisi positifku mungkin terlalu kecil bila dibandingkan dengan banyak dia tadi. tapi kenapa aku bisa mencapai titik sejauh ini? [selain jawaban bahwa TUHAN telah berencana demikian, jawaban tentang dia]
jika kriteria itu masih ada apakah aku bisa sampai sejauh ini?
ya mungkin hanya satu kriteria yang aku penuhi, seiman. cukup. ya, cukup itu saja.
sudahlah kriteria itu sekarang sudah tidak ada katanya. aku percaya itu.
seberapa pantaskah aku untuk diterima? kenapa? bahkan jika melihat awal ketika dia mengatakan tidak bisa, ada hal yang sangat mengganjalnya, "durasi dan frekuensi fisik", hal yang menambah daftar ketidaklayakanku.
kadang ketidaklayakan itu membuatku malu sendiri, kadang mencapai titik dimana aku berpikir, "hei, aku tidak bisa memberikan yang terbaik untuk dia yang sudah mau menerimaku dengan segala kekuranganku, bodohnya aku, tidak berguna"
mungkin aku terlalu ingin tau untuk itu, mungkin ada yang mengira aku terlalu ingin dianggap penting baginya. aku hanya ingin tau apa yang membuatku pantas dipilihnya.
ini bukan sebuah catatan keragu-raguan.
terimakasih untukmu yang telah menerimaku.
syukur kepada DIA yang telah merancang itu.
terimakasih lagi kepadamu yang memepersilakan aku mendampingimu berproses, walau aku mendampingimu dengan banyak kekurangan.
aku bersyukur bisa bertahan sampai saat ini
kambali soal dia. ya, dia yang sekarang sudah menerima saya.
aku senang dia mau banyak terbuka soal beberapa hal termasuk sedikit tentang kehidupan masa lalunya termasuk [lagi] bersama beberapa laki-laki yang pernah mengisi hidupnya.
aku gak pernah merasa marah atau cemburu masalah itu, itu haknya, tapi kadang aku malah merasa malu. ya, malu.
semua laki-laki yang dia ceritakan begitu spesial. kalau mungkin dicocokkan dengan keriteria yang dia punya dulu mungkin sudah sangat memenuhi. ya bisa dibilang sangat layak untuknya. atau secara berbeda subyek bisa diartikan, aku menjadi merasa sangat tidak layak untuk dia.
apa sih aku?
aku tidak seperti mereka, tidak seperti tokoh-tokoh "dia" yang dia ceritakan. aku tidak punya kelebihan-kelebihan seperti yang mereka punya. bahkan kekurangaku mungkin [dan pasti] jauh lebih banyak dari mereka.
[berkaca pada semua cerita yang pernah dia ceritakan] aku bukan seorang yang bisa memberikan kepuasan materi bahkan hanya perhatianpun aku kurang, [latar belakang pun] aku berasal dari keluarga biasa yang tidak ada pengalaman atau sesuatu pun yan bisa kubanggakan, seleraku pun selera yang sangat biasa, pengetahuanku tentang place of interest sangat minim, aku bukan seorang yang sudah mapan, fisik lebih bisa dilihat bentukku yang tidak keruan, prestasi tidak bisa dibanggakan [hanya seorang yang pernah gagal], kehidupanku biasa-biasa saja, bagi orang lain mungkin bisa disebut manusia biasa [sekali] dan masih banyak lagi jika dibuat sebuah perbandingan dengan bayak "dia" sebagai parameter. mungkin muncul pertanyaan kenapa hanya sisi negatifku, mana positifnya? sisi positifku mungkin terlalu kecil bila dibandingkan dengan banyak dia tadi. tapi kenapa aku bisa mencapai titik sejauh ini? [selain jawaban bahwa TUHAN telah berencana demikian, jawaban tentang dia]
jika kriteria itu masih ada apakah aku bisa sampai sejauh ini?
ya mungkin hanya satu kriteria yang aku penuhi, seiman. cukup. ya, cukup itu saja.
sudahlah kriteria itu sekarang sudah tidak ada katanya. aku percaya itu.
seberapa pantaskah aku untuk diterima? kenapa? bahkan jika melihat awal ketika dia mengatakan tidak bisa, ada hal yang sangat mengganjalnya, "durasi dan frekuensi fisik", hal yang menambah daftar ketidaklayakanku.
kadang ketidaklayakan itu membuatku malu sendiri, kadang mencapai titik dimana aku berpikir, "hei, aku tidak bisa memberikan yang terbaik untuk dia yang sudah mau menerimaku dengan segala kekuranganku, bodohnya aku, tidak berguna"
mungkin aku terlalu ingin tau untuk itu, mungkin ada yang mengira aku terlalu ingin dianggap penting baginya. aku hanya ingin tau apa yang membuatku pantas dipilihnya.
ini bukan sebuah catatan keragu-raguan.
terimakasih untukmu yang telah menerimaku.
syukur kepada DIA yang telah merancang itu.
terimakasih lagi kepadamu yang memepersilakan aku mendampingimu berproses, walau aku mendampingimu dengan banyak kekurangan.
aku bersyukur bisa bertahan sampai saat ini
0 komentar:
Posting Komentar